Libur lebaran kemarin, selain bersilaturahmi dengan keluarga, saya manfaaktan waktu luang untuk mengunjungi salah satu situs bersejarah di kampung halaman saya, Taman Purbakala Cipari. Lokasinya di Kelurahan Cipari - Kec. Cigugur, Kab.Kuningan - Jawa Barat.
Demikian informasi yang saya dapat dari Lokal guide di sana, saya tambahkan juga referensi dari berbagai sumber Pariwisata Kab.Kuningan (disparbud.jabar).
Photographs by : Henz & Adrian
Situs ini adalah salah satu tempat ditemukannya peninggalan kebudayaan prasejarah. Selain Cipari, ada juga sekitar delapan tempat di sekitar
kaki gunung Ciremai yang terdapat peninggalan bercorak Megalitik,
Klasik, Hindu-Buddha, dan kolonial Belanda.
Di Cipari sendiri menurut Pemandu lokal yang bertugas di sini, ditemukan tiga peti
kubur batu yang di dalamnya terdapat bekal kubur berupa kapak batu,
gelang batu, dan gerabah. Bekal kubur ini masih tersimpan dalam bangunan
museum. Di dalam peti tidak ditemukan kerangka manusia, karena tingkat
keasaman dan kelembapan tanah yang terletak 661 meter dpl itu terbilang
tinggi, sehingga tulang yang dikubur mudah hancur.
Area
ditemukannya artefak-artefak batu dan gerabah masih tertata baik, juga
tingkat kedalaman benda-benda itu terkubur masih orisinal. Peti kubur
yang terbuat dari batu indesit besar berbentuk sirap masih tersusun di
tempatnya semula. Mengarah ke timur laut barat daya yang menggambarkan
konsep-konsep kekuasaan alam, seperti matahari dan bulan yang menjadi
pedoman hidup dari lahir sampai meninggal.
Peti kubur batu yang ada situs purbakala
Cipari ini memiliki kesamaan dengan fungsi peti-peti kubur batu di
wilayah-wilayah lain di Indonesia. Masyarakat Sulawesi Utara menyebut
peti kubur batu sebagai waruga, masyarakat Bondowoso menyebutnya
pandusa, dan masyarakat Samosir menyebutnya tundrum baho.
Ada pula tanah lapang berbentuk
lingkaran dengan diameter enam meter dengan dibatasi susunan batu sirap,
di tengah-tengahnya terdapat batu. Tempat yang bernama Batu Temu Gelang
ini adalah lokasi upacara dalam hubungan dengan arwah nenek moyang
serta berfungsi sebagai tempat musyawarah.
Di
kawasan ini juga ada altar batu (punden berundak), yakni bangunan
berundak-undak yang di bagian atasnya terdapat benda-benda megalit atau
makam seseorang yang dianggap tokoh dan dikeramatkan. Altar ini
berfungsi sebagai temapt upacara pemujaan arwah nenek moyang.
Di
ketinggian tertentu terdapat pula menhir, yakni batu tegak kasar
sebagai medium penghormatan sekaligus tempat pemujaan. Ada pula dolmen
(batu meja) yang tersusun dari sebuah batu lebar yang ditopang beberapa
batu lain sehingga berbentuk meja. Fungsi dolmen sebagai tempat pemujaan
kepada arwah nenek moyang sekaligus tempat peletakan sesaji. Terdapat
juga batu dakon (lumpang batu), yakni batu berlubang satu atau lebih,
berfungsi sebagai tempat membuat ramuan obat-obatan.
Luas Situs Taman Purbakala Prasejarah
Cipari 6.364 meter persegi. Artefak-artefak, yakni peti kubur batu,
gerabah, gelang batu, beliung persegi, kapak perunggu, dan manik-manik
ditemukan pada beberapa kali penggalian.Berdasar temuan itulah situs ini
diduga berasal dari masa perundagian (paleometalik atau perunggu-besi)
yang masih melanjutkan tradisi megalitik, sekitar tahun 1.000—500 SM.
Saat itu masyarakat sudah mengenal cocok tanam dan organisasi yang baik.
Demikian informasi yang saya dapat dari Lokal guide di sana, saya tambahkan juga referensi dari berbagai sumber Pariwisata Kab.Kuningan (disparbud.jabar).
Photographs by : Henz & Adrian
0 komentar:
Posting Komentar